Jakarta — Perserikatan Bangsa Bangsa memperkirakan pada bulan November 2022 mendatang, penduduk dunia akan mencapai 8 Miliar orang. Memperingati Hari Kependudukan Dunia pada 11 Juli, BKKBN dan UNFPA melakukan sebuah refleksi tentang jumlah populasi dunia tersebut. Pertumbuhan populasi dunia dimungkinkan oleh, antara lain, adanya inovasi teknologi yang telah mempermudah hidup kita. Kemajuan di bidang kesehatan telah membantu meningkatkan Umur Harapan Hidup (UHH) serta menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Anak (AKA). 8 Milyar penduduk dunia entah menjadi ancaman atau malah menjadi peluang. Ancaman ketika kita hanya menganggap jumlah tersebut hanya sebuah angka, padahal konsep populasi adalah lebih dari sekadar angka. Menjadi peluang bila penduduk dunia dapat menjalani hidupnya dengan bahagia, sehat, dan sejahtera.
“Jumlah penduduk dunia 8 miliar jiwa berarti terdapat 8 miliar peluang bagi seluruh warga dunia untuk dapat hidup lebih sehat dan sejahtera sesuai dengan hak dan pilihan masing-masing,” tegas Kepala BKKBN Dr.(H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam sambutannya yang dalam hal ini diwakili oleh Deputi Bidang pengendalian Penduduk Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, S.Si., M.Eng saat membuka acara Peringatan Hari Kependudukan Dunia di The Westin Hotel, Jakarta (11/07).
Menurutnya, penduduk harus menjadi sentral kegiatan pembangunan. Arah pembangunan kependudukan ke depan pun berpusat pada manusia. Untuk menjaga keberlangsungan pembangunan dan kesejahteraan penduduk, maka terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Pertama, penduduk tumbuh dengan seimbang dan berkualitas. Kedua, distribusi penduduk yang harus seimbang (pengendalian urbanisasi dan pengelolaan migrasi) dan disesuaikan dengan daya dukung lingkungan. Ketiga, penduduk perlu mendapatkan perlindungan sosial yang komprehensif. Keempat, penduduk yang kuat adalah penduduk yang dapat menjaga nilai luhur budaya dengan menjaga keseimbangan antargenerasi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia, Ms. Anjali Sen mengajak untuk fokus bukan pada angka dan tingkat, tapi pada bagaimana semua sektor dan masyarakat dunia bisa bekerja sama untuk memanfaatkan kesempatan yang dibawah perubahan demografi ini, dan mengatasi semua potensi tantangan sehingga kita semua bisa hidup dengan bermartabat, dengan hak dan pilihan yang terjamin.
“Mari kita hindari merespon dunia dengan 8 miliar orang dengan ketakutan atau langkah-langkah yang kontraproduktif. Mari kita hindari memperburuk ketidaksetaraaan dengan mengambil langkah-langkah yang mengikis hak asasi manusia. Marilah kita lindungi hak-hak perempuan dan anak perempuan untuk mengambil keputusan atas tubuh mereka, kehidupan mereka, dan masa depan mereka sendiri,” tambahnya.
Dalam rangka mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS), telah ditetapkan bahwa sasaran strategis utama yang harus dicapai adalah menurunnya Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) dari 2,26 anak per wanita pada tahun 2020 menjadi 2,1 anak per wanita pada tahun 2024. Target TFR ini sejalan dengan Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 Hasil Supas 2015 (Bappenas et al., 2018) yang mempertahankan TFR 2,1 anak per wanita hingga tahun 2045. Sementara secara global, TFR 2,1 dianggap sebagai replacement level atau tingkat di mana satu generasi akan menggantikan generasi sebelumnya sehingga tidak terjadi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.
Peringatan Hari Kependudukan Dunia pada 11 Juli 2022 mengambil tema “Dunia dengan 8 Milyar Orang: Memastikan Hak dan Pilihan untuk Semua Menuju Ketahanan Demografi”. Acara ini diselenggarakan secara hybrid, luring di The Westin Hotel Jakarta, daring melalui zoom meeting dan akun Youtube BKKBNOfficial Acara ini dimoderatori oleh Dr. M. Nashrul Wajdi SST., M.Si (BPS) mengundang narasumber Richard Makalew (UNFPA PD Programme Specialist) ,Wendy Hartanto (BKKBN), Prof. Dr. Sri Moertiningsih Adioetomo (FE UI), Valentina Sagala (Institut Perempuan), dan dr. Tiara Marthias (konsultan RAN PIJAR, peneliti muda). (HUMAS/RFS)